Cilegon, kota industri besar di Banten, sibuk mengumpulkan cuan, tapi absen dalam kontribusi sosial. PT Lotte Chemical Indonesia dan perusahaan besar lainnya perlu lebih peduli pada kesejahteraan warga sekitar. Simak kisahnya di sini.
Cilegon, kota yang dikenal sebagai pusat industri kimia di Indonesia, kini mulai menghadapi dilema besar. Deretan pabrik raksasa, termasuk yang terletak di tengah pemukiman padat, tampaknya lebih sibuk mengumpulkan keuntungan ketimbang peduli dengan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Salah satunya adalah PT Lotte Chemical Indonesia (LCI), yang baru-baru ini meresahkan warga Gerem Raya, Kecamatan Grogol, dengan suara bising yang mirip dengan gemuruh ombak laut. Warga yang terbangun tengah malam akibat suara tersebut, merasa terganggu dan ketakutan. Tak hanya itu, warga setempat merasa diabaikan oleh perusahaan yang seharusnya berkontribusi lebih banyak kepada lingkungan sekitar.
Ketua RW Gerem Raya, Haji Kasdi, bahkan berencana untuk mengadakan aksi protes terhadap PT LCI. Ia mengungkapkan kekecewaannya karena perusahaan kimia tersebut sudah lama hadir di wilayahnya, tetapi tidak ada manfaat nyata yang dirasakan oleh warga. Meski perusahaan ini beroperasi di ring satu wilayah mereka, warga justru terpinggirkan. Tidak ada akses pekerjaan yang terbuka untuk mereka, dan kontribusi perusahaan dalam bentuk CSR atau kompensasi lingkungan pun tidak pernah sampai ke masyarakat.
Kehadiran PT LCI di Cilegon seharusnya tidak hanya tentang profit semata, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa menjadi bagian dari komunitas sekitar. Bagaimana mereka bisa membuka kesempatan kerja, memberi pelatihan kepada warga, dan yang tak kalah penting, memberikan dampak positif lewat program CSR yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Sayangnya, selama ini banyak perusahaan di Cilegon yang hanya numpang hidup, mencetak cuan besar, tapi absen dalam kontribusi sosial. Seharusnya perusahaan besar ini mulai berpikir, bukan hanya soal laba yang mereka dapatkan, tapi juga tentang keberlanjutan sosial di sekitar mereka. Kepedulian terhadap masyarakat bukanlah pilihan, melainkan kewajiban moral yang harus dijalankan.
Ini bukan hanya tentang satu perusahaan, tapi soal bagaimana Cilegon sebagai kota industri besar mulai merespons kebutuhan masyarakat, mengingat mereka yang selama ini hanya menjadi penonton, bukan bagian dari roda perekonomian yang mereka ciptakan. (*/KD)