Nissan Sekarat! PHK 20.000 Karyawan, Rugi Triliunan dan Gagal Merger, Ini Awal Mimpi Buruknya

225

PHK massal 20.000 karyawan Nissan akibat krisis global

TOKYO – Mimpi buruk Nissan belum juga usai. Alih-alih bangkit dari keterpurukan, pabrikan mobil asal Jepang itu malah makin tenggelam. Kali ini, kabar buruk datang dari jumlah karyawan yang akan dirumahkan—tak tanggung-tanggung, 20.000 orang!

Kabar ini pertama kali dihembuskan oleh NHK. Jumlah itu mewakili sekitar 15% dari total tenaga kerja Nissan secara global. Ini jelas bukan sekadar penghematan biasa, tapi sinyal bahwa Nissan sedang berdarah-darah.

Padahal, pada November 2024 lalu, Nissan sudah mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 11.000 orang. Langkah drastis itu diambil setelah penjualan mereka di Amerika Serikat dan China anjlok hingga 94%. Ya, sembilan puluh empat persen! Bukan typo.

Tapi pekan ini, jumlah korban PHK membengkak dua kali lipat menjadi 20.000. Dan seperti biasa, Nissan memilih diam saat dikonfirmasi media. Bungkam, seolah tak ingin publik tahu bahwa kapal mereka benar-benar sedang oleng.

Kehilangan Arah di Tengah Badai

Masalah Nissan bukan cuma soal penjualan yang jeblok. Menurut laporan Bloomberg, mereka juga harus melunasi utang jatuh tempo sebesar US$ 1,6 miliar (sekitar Rp 26,4 triliun) tahun ini. Dan pada 2026? Angkanya melonjak jadi US$ 5,6 miliar atau sekitar Rp 92,5 triliun. Ini jelas bukan angka main-main.

Bulan lalu, Nissan bahkan telah memperingatkan pemegang sahamnya soal potensi kerugian dari restrukturisasi sebesar US$ 5 miliar (setara Rp 82,6 triliun). Angka yang cukup untuk bikin pabrikan lain kolaps seketika.

Merger Gagal, China Menyerang

Harapan sempat muncul jelang akhir 2024. Nissan dikabarkan akan menjalin kerjasama strategis dengan Honda dan Mitsubishi. Tapi sayangnya, rencana manis itu hanya bertahan beberapa hari. Pada Februari 2025, merger impian itu resmi gagal total.

Sementara itu, persaingan dengan produsen otomotif asal China makin menggila. Penetrasi pasar yang dilakukan mobil-mobil murah dan canggih asal Negeri Tirai Bambu menghantam Nissan tanpa ampun.

Kondisi diperparah oleh kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang menaikkan tarif impor. Produsen otomotif Jepang kena getahnya—tapi Nissan paling babak belur.

Masa Depan Suram

Tak cuma memangkas karyawan, Nissan juga memotong kapasitas produksi hingga 20%. Pendapatan diprediksi melorot, dan masa depan perusahaan pun makin buram.

Krisis ini disebut-sebut sebagai yang terburuk dalam 26 tahun terakhir perjalanan Nissan. Dan kalau tidak ada keajaiban, bisa jadi ini awal dari akhir salah satu nama besar di industri otomotif dunia. (*/Rls)