“Ujian Praktik Jadi Mimpi Buruk: Siswa SMK Gadai HP, Kepsek Kena Copot!”

219

Siswa SMK di Rokan Hulu gadaikan ponsel demi ikut ujian praktik karena belum bayar uang sekolah

ROKAN HULU | BIDIKBANTEN.COM – Kisah miris datang dari Rokan Hulu, Riau. Seorang siswa kelas 1 SMK Negeri 1 Bangun Purba berinisial RL terpaksa menggadaikan ponselnya demi bisa ikut ujian praktik di sekolah. Bukan karena nilai jeblok, bukan pula karena telat daftar—melainkan karena belum setor duit Rp240 ribu untuk biaya praktik!

Insiden memilukan ini bikin heboh jagat maya dan akhirnya sampai juga ke telinga Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Riau, Erisman Yahya. Tak pakai lama, Erisman langsung mencopot Pelaksana Harian (Plh) Kepala Sekolah, Habibi, dari jabatannya.

“Sekolah sudah dapat dana BOS, kenapa masih minta-minta ke siswa? Tidak boleh ada pungutan. Kami sudah kirim tim ke lapangan untuk investigasi,” tegas Erisman, Selasa (3/6/2026), via WhatsApp kepada Kompas.com.

Kisah Sedih di Balik Ujian

Kejadian bermula saat RL berangkat ke sekolah pukul 07.00 WIB, Senin (2/6/2026), niatnya ikut ujian praktik. Tapi baru setengah jam kemudian, ia disuruh pulang karena belum bayar uang praktik. Ibunya tak punya uang, dan RL menangis sedih di rumah.

Sang kakak, Arles Lubis, mengungkap bahwa adiknya sempat putus asa. “Kami sedang susah. Karena tak ingin tertinggal ujian, adik saya pergi ke konter, menggadaikan handphone-nya, dan balik ke sekolah bawa uang,” cerita Arles.

Tapi bukannya disambut guru, RL justru dihadapkan pada pertanyaan menyudutkan. “Siapa yang kasih tahu wartawan?” tanya salah satu guru. RL mengaku tak tahu, dan uang praktik pun masih di tangannya.

Untunglah, setelah berita ini viral, RL akhirnya diizinkan ikut ujian dan diberi nilai. Tapi tetap saja, ia hanya bisa ikut setelah kasus ini heboh di media. Tanpa tekanan publik, mungkin nasibnya akan berbeda.

Klarifikasi Setengah Hati dari Pihak Sekolah

Habibi, sang Plh Kepala Sekolah yang kini dicopot, membantah bahwa RL dilarang ikut ujian karena belum bayar.

“Kami tidak pernah menyuruh siswa pulang hanya karena belum lunasi administrasi. Nilai RL sudah kami data, dia tetap ikut ujian,” ujarnya, Senin (2/6/2026).

Namun, publik keburu murka. Ujian sekolah seharusnya tak jadi ajang diskriminasi dompet siswa. Terlebih, sudah ada bantuan pemerintah yang harusnya menutup semua biaya pokok.

Sekolah Jam 06.00 WIB? Ribut Lagi!

Belum reda isu pungutan liar di sekolah, dunia pendidikan kembali dihebohkan oleh kebijakan masuk sekolah jam 06.00 pagi. Di Karawang, aturan ini bikin siswa dan orang tua geleng-geleng kepala.

Nabila, siswi SMA di Karawang, mengaku kesulitan. “Jarak ke sekolah 10 km. Saya harus nunggu ibu masak dan sarapan, jadi berangkat jam 06.30. Kalau masuk jam 06.00, ya telat terus,” keluhnya.

Orang tua murid pun banyak yang tak setuju. Wahid, orang tua siswa SD, menilai ini menyusahkan.

“Anak saya harus melewati irigasi dan jalur macet. Masuk jam 06.00 itu nambah beban,” katanya.

Tapi ada juga yang mendukung. Cantika, warga Purwakarta, merasa jam masuk pagi malah membuat anaknya lebih disiplin setelah ikut pendidikan karakter di barak militer.

 “Anak saya sudah biasa bangun jam 3 pagi, salat subuh di masjid, dan setengah lima sudah jalan kaki ke sekolah,” ucapnya bangga.

Catatan Redaksi:

Kisah RL dan polemik jam masuk sekolah menunjukkan bahwa dunia pendidikan masih butuh pembenahan serius. Ketika uang jadi penghalang anak bangsa untuk belajar, lalu apa gunanya dana BOS dan jargon ‘wajib belajar’?