Harapan Tinggi untuk Duet Muda Pengusaha Kota Baja
CILEGON – Ulang tahun ke-26 Kota Cilegon mestinya jadi ajang pesta dan syukuran. Tapi di banyak sudut kota, yang justru muncul adalah tanya: sampai kapan jalan rusak, sampah menggunung, dan pengangguran lokal jadi wajah tetap Cilegon?
Di tengah hingar-bingar usia seperempat abad lebih ini, Robinsar dan Fajar Hadi Prabowo baru saja menuntaskan 100 hari pertamanya sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Pasangan muda dengan latar belakang pengusaha ini digadang-gadang jadi ‘game changer’.
Robinsar sempat meroket namanya saat meraih suara terbanyak di Pemilu Legislatif, lalu maju bersama Fajar di Pilkada dan sukses duduk di puncak pemerintahan kota.
Tapi janji kampanye itu kini diuji kenyataan.
Jalan Bolong, Macet, dan RTH yang Cuma Wacana
Warga masih harus bersabar menghadapi jalan berlubang di berbagai penjuru, dari Cibeber sampai Merak. Beberapa ruas bahkan dinilai warga lebih cocok buat latihan motocross daripada dilewati motor matic.
Kemacetan di jam sibuk juga makin jadi. Kawasan industri hingga Pasar Kranggot tiap pagi dan sore berubah jadi lautan klakson.
Sementara itu, Ruang Terbuka Hijau seperti taman kota dan jalur pedestrian masih minim. Di kota ini, pabrik lebih mudah ditemukan ketimbang tempat duduk nyaman untuk warga.
> “Saya pengen ada taman yang bisa buat bawa anak sore-sore. Sekarang sih ya debu, truk, sama panas,” kata Deni, mahasiswa asal Cilegon.
Antara Pabrik Besar dan Warga Pengangguran
Cilegon dikenal sebagai kota industri, tapi anehnya, banyak warga justru kesulitan cari kerja.
> “Anak saya udah ngelamar ke beberapa pabrik, tapi mentok terus. Padahal katanya ini kota industri,” keluh Pak Asep dari Ciwedus.
Kondisi ini menyoroti pentingnya kebijakan tenaga kerja lokal yang berpihak dan jelas. Gak cukup cuma janji atau MoU seremoni.
Gunung Sampah dan Sekolah yang Masih Tertinggal
Masalah sampah di beberapa titik makin memprihatinkan. Warga menilai sistem pengangkutan belum optimal, dan kesadaran publik pun belum didampingi solusi nyata.
“Sampah di gang saya seminggu bisa numpuk. Apalagi pas hujan, udah bau, becek, jorok,” ujar Ibu Weni, warga Cibeber.
Di sektor pendidikan, masih banyak sekolah yang fasilitasnya minim dan perlu perhatian serius dari pemerintah kota.
Warga Masih Menunggu Gebrakan Nyata
Meski kondisi masih jauh dari ideal, sebagian warga memilih memberi waktu.
“Saya sih masih sabar, namanya juga baru 100 hari. Tapi harusnya udah ada satu dua bukti kerja yang bisa dilihat, jangan cuma simbolis,” kata Rani, pedagang kopi dekat Alun-Alun.
Ulang tahun ke-26 ini seharusnya menjadi titik refleksi:
Apakah duet pengusaha muda ini mampu jadi pelayan publik sejati? Atau sekadar pemilik jabatan?
Rakyat menunggu. Dan sejarah tak pernah menulis mereka yang hanya memberi alasan.
—
[SELESAI]