LEBAK | BIDIKBANTEN.COM –Tubuhnya kecil dan pendek. Wajahnya keriput namun penuh wibawa. Suaranya besar, lantang, dan menggema seperti gong perang. Dialah Jaro Karis, nama yang begitu harum di telinga rakyat Banten. Sosok legendaris dari Cisimeut, Leuwidamar, Kabupaten Lebak, yang tak hanya dikenal sebagai jawara, tetapi juga pejuang kemerdekaan sejati.
Jaro Karis bukan sekadar pendekar lokal. Ia adalah salah satu komandan dalam perang gerilya melawan penjajah di tanah Banten, khususnya wilayah Lebak dan Pandeglang. Bersama tokoh-tokoh besar seperti Abah Ace, Gozali Buntung alias Tubagus Ahmad Gozali (Mengger) dari Pandeglang, serta Haji Saita, mereka bahu-membahu mengusir kolonial dari bumi pertiwi.
Yang membuat kisah Jaro Karis makin heroik adalah keterlibatannya sebagai pemimpin Pasukan Rahasia Bung Karno menjelang detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1945. Tugasnya bukan main-main: mengamankan strategi kemerdekaan dan menjaga basis-basis gerakan bawah tanah dari serangan musuh.
Pasca kemerdekaan, Jaro Karis tak berhenti berjuang. Ia mengalihkan perjuangan dari hutan ke desa. Di Cisimeut, ia membangun jalan-jalan penghubung desa ke kota dengan dana dari kantong pribadinya. Tujuannya sederhana namun visioner: agar hasil tani masyarakat bisa dijual ke kota dan ekonomi rakyat bangkit. Maka tak heran jika rakyat menyebutnya “Bapak Pembangunan Cisimeut”.
Beberapa referensi menyebut, Jaro Karis merupakan santri dari Syaikh Jaliman Kragilan. Bahkan, kisah spiritualnya menyebut ia juga menjadi salah satu guru batin Presiden Soeharto. Sosok yang hidup sederhana, penuh karisma, dan diselimuti aura perjuangan dan kesaktian khas jawara Banten.
Kini, jasadnya mungkin telah tiada, namun semangat dan jejak perjuangannya abadi dalam ingatan rakyat.
Khususon ila ruh Abah Jaro Karis, Al-Faatihah…
(Rds-04)








 
			 
		



























