Alas Macan Putih: Jalan Sunyi Kang Syam

457

IMG 20250718 WA0013

MERAK | BIDIKBANTEN.COM – Di zaman serba instan dan penuh distraksi, masih ada manusia yang memilih jalan sepi, sunyi, dan jauh dari sorotan. Namanya Kang Syam, atau dikenal juga sebagai Samsuri. Ia bukan kyai besar, bukan ustaz kondang, tapi penempuh laku tirakat sejati. Puluhan tahun ia jalani puasa batin dan lahir, menyepi, membaca alam, dan mendekatkan diri pada hakikat.

“Saya cuma pengen ngerti hidup ini buat apa,” ucapnya tanpa tendensi.

Tirakat Puluhan Tahun: Jalan Sepi untuk Terang Batin

Kang Syam bukan hanya menahan lapar, tapi menahan bicara, menahan marah, menahan ingin dipuji. Ia tidur di tanah, tidak bicara dengan siapa-siapa, bahkan tak pernah minta sepeser pun untuk hidupnya. Semua dijalani bukan untuk pamer kesaktian, tapi karena satu tujuan: mencari bacaan sejati tentang hidup.

Macan Putih: Bukan Harimau, Tapi Simbol Pembaca Sejati

IMG 20250718 WA0009

Selama tirakatnya, satu istilah terus ia pegang teguh: Macan Putih. Tapi ini bukan binatang buas.

“Macan itu maca, membaca. Putih itu bersih. Jadi macan putih itu ya membaca dengan hati bersih,” ujar Kang Syam.

Bagi dia, macan putih adalah simbol manusia yang mampu membaca ayat-ayat kehidupan, bukan hanya dengan mata, tapi dengan keheningan hati. Mereka yang tidak menyombongkan ilmu, tidak sibuk mencari panggung, dan tidak mudah terprovokasi dunia.

AMP – Alas Macan Putih: Tempat Membaca dengan Hati

Kang Syam menyebut satu tempat batin bernama AMP – Alas Macan P utuh, “Alas itu tempat sunyi. Tempat macan. Tapi macan putih. Artinya, tempat untuk baca dengan hati yang bersih. Bukan sekadar kitab, tapi juga baca tanda-tanda zaman, dan bacaan Allah.”

IMG 20250718 WA0012

Di AMP, seseorang tidak hanya menghafal ayat, tapi menggali makna terdalam dari bacaan, menyerap hikmah dan menjalani kehidupan dengan tafakur. Ia menyebut istilah Macan Isim Bersih — sebutan bagi mereka yang hatinya suci dan pikirannya jernih saat memaknai ilmu.

Wong Tua: Sosok Gaib Penuntun

Di dalam banyak laku tirakatnya, Kang Syam sering kali dibimbing oleh sosok misterius yang ia sebut Wong Tua.

“Bukan orang tua biasa. Wong Tua ini datang saat malam-malam sepi. Tidak bicara banyak, tapi ketika hadir, batinku langsung tahu arah mana yang harus kutempuh.”

Wong Tua menurutnya adalah penjaga gerbang spiritual, sosok gaib yang muncul hanya kepada pejalan sunyi yang benar-benar lurus, tanpa pamrih. Mereka bukan makhluk jin, bukan pula hantu. Tapi arwah suci dari dunia leluhur yang menjaga keseimbangan.

IMG 20250718 WA0012 1 Gunung Batur Ciwandan: Titik Sidang Gaib

Salah satu lokasi paling sakral yang menjadi titik perjalanan Kang Syam adalah Gunung Batur di Ciwandan, Kota Cilegon.

“Di sana tempat sidang para makhluk gaib. Malam Jumat, saya sering diangkat batin ke sana. Bukan badan fisik yang pergi, tapi ruhani.”

Gunung Batur menurutnya adalah “lembaga spiritual alam”, tempat para penjaga tak kasat mata berkumpul untuk menimbang keseimbangan bumi, serta mendengarkan doa-doa dari mereka yang bersungguh-sungguh dalam jalan sunyi.

Prabu Siliwangi: Roh Agung, Pesan dalam Tebe Jnt

IMG 20250718 WA0010

Di salah satu malam puncak tirakat, Kang Syam menyaksikan sosok terang besar — cahaya yang tidak menyilaukan, tapi menenangkan. Sosok tersebut diyakini sebagai Prabu Siliwangi, raja legendaris yang masih menjaga jagat ini lewat jalur ruhani.

“Beliau tak bicara banyak. Tapi dalam batinku langsung terdengar: ‘Jaga bumi. Jaga makhluk. Jaga keseimbangan.’” ungkapnya lirih.

Kang Syam tidak mengkultuskan sosok ini. Tapi ia menyebut Prabu Siliwangi sebagai simbol amanat leluhur — bahwa manusia jangan serakah, jangan merusak, dan jangan sombong atas kuasa yang sementara.

Jalan Sunyi, Tak Populer tapi Paling Jujur

Kang Syam hidup tanpa popularitas. Tak punya medsos. Tak punya gelar. Tapi ia memegang satu hal yang kini makin langka: ketulusan menempuh jalan sunyi untuk membaca hidup dengan jernih.

“Kalau mau jadi macan putih, ya baca. Tapi baca pakai hati. Bukan buat debat, bukan buat dilike, tapi buat ngerti. Siapa kita, dari mana kita, dan ke mana pulangnya nanti.” pungkasnya.