CILEGON | BIDIKBANTEN.COM – Hangatnya suasana relokasi pedagang Pasar Kranggot berubah jadi panas membara. Bukannya lancar, program pemindahan pedagang ke hanggar barat dan utara justru diwarnai kericuhan, lantaran banyak pedagang menolak direlokasi. Alasannya klasik tapi masuk akal: “Kalau sepi pembeli, kami makan apa, Pak?!”
Dalam video yang beredar, tampak Walikota Cilegon Robinsar turun langsung ke lokasi, didampingi pejabat teknis seperti Aziz Setia Ade. Namun bukannya disambut hangat, rombongan justru mendapat amukan verbal dari sejumlah pedagang yang kecewa.
“Saya dagang pribadi, Pak! Ada foto saya, ada video saya. Tapi dagangan nggak laku, pembeli nggak ada. Bapak bisa kasih makan saya satu piring nasi?!” seru seorang pedagang sambil menunjuk lokasi dagangnya dulu.
Kalimat itu jadi semacam mantra kemarahan. Pedagang merasa dilempar dari zona aman ke tempat baru yang belum tentu menjanjikan penghidupan. Mereka trauma dengan janji-janji relokasi yang ujung-ujungnya sepi, rugi, dan akhirnya gulung tikar.
Relokasi atau Rekayasa?
Pemkot berdalih, relokasi ini bagian dari penataan agar pasar lebih rapi dan tertib. Tapi bagi para pedagang, ini seperti pemaksaan yang tak berpihak pada perut mereka.
Kalau kurang modal, nanti ajukan ke Pemda. Yang penting pindah dulu ya,” ujar salah satu petugas.
Tapi pedagang tidak mudah diyakinkan. Mereka menyebut hanggar tidak layak, bocor, minim fasilitas, dan jauh dari alur pembeli.
“Jangan cuma minta kami bersyukur, Pak. Coba bapak dagang di sana, rasain sendiri!” celetuk pedagang lain dengan nada geram.
Kenyataan di Lapangan: Masih Banyak yang Bertahan
Meski Pemkot terus mendorong relokasi, sejumlah pedagang masih bertahan di lapak lama. Mereka bertekad tidak akan pindah sebelum ada jaminan real bahwa tempat baru tidak bikin dagangan mereka ‘mati suri’.
Relokasi ini nggak manusiawi, Pak. Kami ini rakyat kecil, kalau digeser tanpa solusi, mau makan apa kami?” pungkas salah satu pedagang sambil menolak membongkar lapaknya.
Situasi sempat memanas, namun tidak berujung bentrok fisik. Walikota dan rombongan akhirnya meninggalkan lokasi setelah menyampaikan ajakan dialog terbuka ke depan.
Rds-03)