Preman Tusuk Pemilik Proyek di Cilegon, Warga Geram: “Kami Tak Butuh Jatah, Kami Butuh Aman!

123
Pelaku premanisme ditangkap polisi setelah tusuk pemilik proyek di Cilegon
Penangkapan pelaku preman yang tusuk pemilik proyek di Kota Cilegon

CILEGON | BIDIKBANTEN.COM – Aksi premanisme kembali menodai wajah Kota Cilegon. Dua preman berinisial AR dan AS nekat menusuk seorang pemilik proyek bernama Maryadi lantaran tak diberi jatah pekerjaan. Peristiwa berdarah itu terjadi di kawasan proyek pemagaran milik perusahaan di Kelurahan Kota Sari, Kecamatan Grogol.

Alih-alih menyampaikan niat baik, pelaku malah menghadang korban usai korban dan rekan-rekannya pulang dari bersilaturahmi ke perusahaan terkait. Dengan nada perintah yang sadis, AR menyuruh rekannya, AS, untuk “kasih dua tusukan, pahaknya aja, biar gak mati, tapi kapok!”

Korban bersimbah darah, pelaku kabur ke Purwakarta, dan tertangkap seminggu kemudian. Polisi kini menjerat kedua pelaku dengan pasal 170 dan 351 KUHP, ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara menanti mereka.

Suara Warga: “Kami Tak Butuh Jatah, Kami Butuh Aman!”

Aksi ini memicu gelombang kegeraman di kalangan warga. Bukan cuma soal kekerasan, tapi soal maraknya praktik premanisme berkedok ‘minta jatah proyek’ yang bikin pelaku usaha, mandor, bahkan buruh kecil jadi takut bekerja.

“Ini sudah keterlaluan! Masa cuma karena nggak dikasih jatah, orang ditusuk? Kami warga butuh rasa aman, bukan ketakutan tiap ada proyek lewat,” ujar Arman, warga Kota Sari, penuh emosi.

Senada, seorang ibu rumah tangga bernama Uci mengaku resah dengan situasi ini. “Gimana Cilegon mau maju kalau setiap ada proyek aja pasti ada yang minta jatah sambil ancam-ancam? Ini kota industri, bukan kota preman,” katanya sambil menggenggam tas belanja.

Harapan Warga: “Bubarin Geng Jatah Proyek, Tegakkan Hukum Tanpa Takut!”

Warga meminta aparat kepolisian tak cuma menangkap pelaku, tapi juga membongkar jaringan pemalak proyek yang diduga telah lama merajalela di Cilegon. Mereka juga mendesak pemerintah kota dan aparat penegak hukum untuk tidak main-main dalam menindak premanisme.

“Kami berharap ini jadi momentum bersih-bersih! Bukan cuma dua orang ini, tapi siapa pun yang biasa main minta jatah pakai otot harus disikat. Kami mau kerja, bukan dicekam teror,” tegas Wahyu, seorang pekerja proyek yang kerap berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain di Cilegon. (Rds-04)