CILEGON | BIDIKBANTEN.COM – Bangunan pasar berdiri gagah di tengah-tengah permukiman warga. Tapi sayangnya, isinya kosong melompong. Inilah potret sejumlah pasar kecamatan di Kota Cilegon seperti Pasar Cibeber, Grogol, dan Purwakarta yang kini menuai keluhan dari warga.
Siti Komariah, warga Cibeber, cuma bisa geleng-geleng kepala. “Pasarnya sih bagus, tapi kosong. Mau belanja apa? Tukang sayurnya aja gak ada. Akhirnya saya tetap ke pasar lama yang jauh,” katanya dengan nada kecewa.
Hal senada disampaikan Yusuf, pedagang sayur di kawasan Grogol. Menurutnya, fasilitas di pasar baru tidak mendukung dan pembeli jarang ada. “Parkir susah, tempat sepi. Kalau kita pindah jualan ke sana, bisa rugi. Ya mending tetap di tempat lama,” keluhnya.
Pasar Dibangun, Rakyat Ditinggal?
Warga menilai pembangunan pasar kecamatan yang semestinya menjadi solusi justru terkesan mubazir. Banyak yang menduga proyek pasar hanya selesai di atas kertas, tanpa pemikiran matang soal pengelolaan dan kesinambungan.
“Ini mah bukan buat rakyat. Masa pasar baru lebih sepi dari warung kopi di gang sempit?” celetuk Arif, warga Purwakarta, yang mengaku heran pasar di dekat rumahnya jarang difungsikan.
DPRD Pernah Ingatkan Pemkot
Kritik terhadap pasar-pasar yang mangkrak ini sejatinya bukan hal baru. Wakil Ketua Fraksi PAN DPRD Cilegon, Rahmatullah, pernah mengingatkan Pemkot agar serius mengoptimalkan fungsi pasar kecamatan. Ia menilai, pasar tradisional adalah simpul penting distribusi ekonomi lokal dan harus jadi prioritas, bukan sekadar proyek betonisasi.
Meski demikian, warga berharap, Pemkot Cilegon tak sekadar mendengar tapi segera bertindak. “Kalau ini terus dibiarkan, buat apa bangun pasar? Lebih baik duitnya buat subsidi harga pangan aja,” tambah Siti.
Rakyat Mau Bukti, Bukan Janji
Di tengah naiknya harga pangan dan inflasi yang menghimpit, warga Cilegon makin merindukan solusi konkret. Pasar semestinya menjadi pusat aktivitas ekonomi rakyat, bukan bangunan indah yang tak bernyawa.
“Rakyat udah cukup kenyang janji, sekarang butuh bukti,” ujar Yusuf sambil menata dagangan yang mulai layu karena sepi pembeli.
(Rds-03)