PANDEGLANG – Sudah bertahun-tahun jalan penghubung antara Desa Cadasari menuju Desa Tapos, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, dibiarkan rusak parah. Bukannya diperbaiki, pemerintah desa maupun kabupaten malah seperti kompak pura-pura buta dan tuli. Padahal jalur ini bukan jalan sembarangan—ini penghubung antar desa sekaligus antar kabupaten, Pandeglang dan Serang!
Akhirnya, warga pun hilang kesabaran. Ratusan orang dari dua desa itu turun tangan. Tak pakai nunggu anggaran, mereka rogoh kocek sendiri: patungan beli batu split, pasir, semen—semua demi satu tujuan: menambal jalan penuh lubang yang sudah seperti jalur off-road gratis.
“Sudah bertahun-tahun jalan ini dibiarkan rusak. Akhirnya kami warga berinisiatif memperbaiki dengan cara swadaya. Dicor manual saja, yang penting bisa dilalui dengan aman,” ujar Ustadz Mukhiludin, tokoh penggerak aksi gotong royong, Minggu 11 Mei 2025.
Perbaikan dimulai dari Kampung Waas, Desa Cadasari—jalur yang dikenal warga sebagai “Jalan Baru”. Ratusan orang terlibat. Sistemnya? Murni gotong royong, tanpa pamrih, tanpa APBD.
“Memang cor manual ini bukan solusi sempurna. Tapi setidaknya bisa menutup lubang-lubang besar yang membahayakan. Ini langkah darurat karena kami sudah lelah berharap dari pemerintah,” tambah Mukhiludin.
Mas’ud, tokoh pemuda dari Cadasari, pun ikut angkat suara. Ia menyebut kondisi jalan sebagai “aib publik”.
“Kita ini malu sama Kabupaten Serang. Cadasari itu kan etalase Pandeglang, tapi jalannya kayak kubangan. Begitu masuk Serang, jalannya sudah mulus dibeton. Ironis!” tukas Mas’ud geram.
Dengan aksi ini, warga membuktikan satu hal: ketika pemerintah tak hadir, rakyat bisa berdiri sendiri. Tapi pertanyaannya: sampai kapan rakyat harus menambal sendiri lubang kebijakan yang kosong?
(*/Rus)