Cilegon, – Suara gemuruh bukan cuma datang dari langit saat hujan besar, tapi juga dari warga RT 01/04 Gerem Raya Kelurahan Gerem. Dipimpin sang Ketua RT, Haji Sukiya, warga resmi ‘teriak’ ke Lurah Gerem, Rahmadin, soal jalan rusak di depan dealer Yamaha yang makin parah setiap kali hujan datang.
“Pak Lurah, depan dealer Yamaha setiap hujan besar airnya nggenang, ganggu banget buat pengguna jalan. Ke mana sih harus lapor biar saluran airnya dibenerin?” begitu bunyi pesan dari Haji Sukiya yang dikirim pagi-pagi, lebih panas dari kopi warung sebelah.
Respons Lurah Gerem? Kalem, tapi jujur.
“Itu jalan nasional, kita udah pernah laporin ke pimpinan buat diterusin ke provinsi.”
Tapi warga bukan tipe yang gampang puas. “Respon pimpinan gimana, Kang Lurah?” tanya mereka, sambil nyenggol fakta pahit: warga mau swadaya perbaiki jalan, eh, malah dilarang juga. Kebayang kan, udah rusak, mau gotong royong pun dihambat. Double kill!
Saat dikonfirmasi langsung soal keluhan itu, Haji Sukiya makin blak-blakan.
“Kerusakan jalan itu udah banyak makan korban. Bukan sekali dua kali orang jatuh, kendaraan oleng, dan jadi langganan macet tiap hujan. Kami bingung, kalau disuruh bikin surat, itu harus ditujukan ke siapa? Harusnya pihak kelurahan dan pemkot jangan cuma nyuruh nulis-nulis, tapi langsung sigap dan turun ke lapangan!”
Lurah Gerem pun tetap menyarankan jalur administrasi. “Saya suruh Pak RT bikin surat resmi, diketahui kelurahan, biar kita teruskan lagi ke Pemprov. Saya juga udah komunikasi sama Dewan Provinsi Dapil Cilegon, biar bisa dibantu dikawal.”
Namun, keluhan warga dan Ketua RT Haji Sukiya kini makin meradang. Ketiadaan solusi nyata dan lambatnya respons dari pemerintah membuat warga mulai mencari cara agar suara mereka didengar. Jalan rusak yang sudah memakan banyak korban itu tak bisa lagi dibiarkan, dan warga menuntut tindakan nyata – bukan sekadar janji dan surat menyurat yang tak kunjung membuahkan hasil. (*/red)