Satgas Covid Cilegon Respons Status Baru Zona Merah Corona

478

pns

Satuan Gugus Tugas (Satgas) Covid-19 Indonesia memasukkan Kota Cilegon, Banten, ke dalam risiko tinggi penularan virus corona atau zona merah, Selasa (22/9). Sebelumnya, Kota Baja itu berada di posisi sedang atau zona oranye.

Sebelumnya, di provinsi Banten hanya ada tiga daerah dengan status zona merah yakni di kawasan Tangerang Raya (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan).

Saat dikonfirmasi, Jubir Satgas Covid-19 Kota Cilegon, Aziz, mengaku belum mengetahui perubahan itu.

“Saya belum tahu, juga belum melihat dan tayangannya. Ada juga yang menginformasikan ke kita, bahwa Cilegon masuk ke dalam zona berisiko tinggi penularan Covid,” kata Aziz saat dihubungi lewat sambungan seluler, Selasa petang.

Meskipun demikian, Aziz berhipotesis naiknya Cilegon jadi zona merah itu tak lepas dari masyarakat yang abai menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Aziz pun berharap pola hidup bersih dan sehat menjadi kesadaran dan kewajiban masyarakat Kota Cilegon dalam kehidupan sehari-harinya. Itu, kata dia, menjadi salah satu jurus andal dalam memutus mata rantai penularan Corona.

“Kalau itu betul, ya kami selaku anggota satgas gugus tugas cukup prihatin, mengapa bisa masuk ke zona berisiko tinggi. Mungkin ini disebabkan oleh meningkatnya kasus positif di Kota Cilegon. [Pemerintah] kota terus mengimbau untuk meningkatkan protokol kesehatan, karena dengan itu kita bisa memutus mata rantai penularan Covid 19,” tuturnya.

Berdasarkan data yang dikirimkan Aziz, memang terjadi peningkatan kasus harian positif Covid-19 di Kota Cilegon. (Kin/red)

Pada 19 September 2020, pasien positif sebanyak 353, kemudian tanggal 20 September 2020 menjadi 365, terakhir tanggal 22 September 2020 menjadi 376 kasus.

Terkait penanggulangan Covid-19, Aziz menyatakan Pemkot Cilegon sudah menyiapkan gedung isolasi mandiri di rumah singgah milik Dinsos yang berlokasi di Cikerai. Gedung itu, kata dia, setidaknya mampu menampung 40 orang.

“Jadi ada beberapa yang dirawat di RSUD Banten, ada yang juga dirawat isolasi mandiri. Kalau tidak ada penyakit bawaan, ya isolasi mandiri. Kalau ada penyakit bawaan, ya di rawat di RSUD Banten. Kita sudah siapkan di Cikerai, rumah singgah yang dikelola Dinsos, bisa menampung 40 tempat tidur, sekarang kelihatannya masih kosong,” tuturnya. (kin/red)