Penyebab Mal & Restoran Sepi Sampai Tutup, Ternyata ini Penyebabnya!

478

images (19)

Usai pandemi Covid-19, muncul fenomena baru yang mengejutkan. Banyak jaringan restoran yang bertumbangan hingga mal legendaris yang kini terpantau sepi.

Contohnya jaringan restoran Warunk Upnormal hingga Fish & Co yang ‘kompak’ melakukan perampingan gerai sejak akhir tahun 2022. Kedua restoran ini padahal dulu viral dan selalu ramai pengunjung. Bahkan, dulu tak jarang penampakan orang mengantre untuk bisa nongkrong di Warunk Upnormal.

Diketahui, Warunk Upnormal menutup permanen sejumlah gerai di berbagai kota dan pulau. Sementara, Fish & Co menutup seluruh gerainya di Indonesia mulai akhir 2022. Hal ini terpantau dari pernyataan yang diunggah perusahaan lewat akun Instagram resminya.

Mal seperti Ratu Plaza, Plaza Semanggi, Pusat Elektronik Glodok, Blok M Mall, Mal Grand Paragon, Serpong Plaza dan lainnya juga terpantau sepi dari pengunjung.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengungkapkan penyebab jaringan-jaringan restoran ini bertumbangan.

Menurutnya, saat ini bisnis restoran menghadapi situasi rumit. Sebab, permasalahan dari peningkatan traffic itu tidak serta merta juga meningkatkan pendapatan yang diterima.

Selain itu, biaya operasional yang harus ditanggung semakin naik seiring dengan meningkatnya traffic. Namun, jika tak diikuti kenaikan pendapatan, usaha restoran kemudian bisa jadi gulung tikar hingga menutup gerainya.

“Bahwa peningkatan traffic yang ada terjadi saat ini, juga diiringi dengan peningkatan biaya operasional. Masalah energinya (listrik dan air), (biaya) dari perizinan, belum lagi terkait masalah upah minimum juga kan meningkat semua itu. Nah itu dari sisi pendapatan belum bisa dikatakan (meningkat),” kata Maulana kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (25/2/2023).

Permasalahan lainnya, lanjut dia, maraknya aktivitas sosial dan ekonomi setelah pembatasan ketat di era pandemi Covid-19, ternyata belum diikuti pemulihan usaha. Di sisi lain, jelas Maulana, pengusaha harus melunasi kewajibannya ke pihak bank meski masih dalam kondisi babak belur.

“Semua pihak melihat kan traffic-nya meningkat, berarti sudah terjadi pemulihan padahal kejadian 2020-2021 dan sampai berkembang ke tahun 2022 terhadap kewajiban perbankan itu juga cukup besar. Banyak kewajiban di dalam situ (pendapatan) yang termasuk untuk kewajiban perbankan mereka yang mereka punya tanggungan di sana,” ujarnya.

Hal serupa juga terjadi di bisnis pusat perbelanjaan. Efek domino dari Pandemi Covid-19 dituding jadi biang kerok penyebab industri pusat perbelanjaan berdarah-darah.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit mengatakan penyebab fenomena mal sepi pengunjung karena adanya efek domino pandemi Covid-19 yang beberapa tahun ke belakang telah memukul keras bisnis ritel modern, khususnya pusat perbelanjaan. Pandemi membuat penyewa keluar dari pusat perbelanjaan, apalagi jika tarif sewa tetap tinggi padahal pengunjung semakin sepi.

“Tarif tetap tinggi walaupun pengunjung semakin sepi, misalnya karena Covid-19,” kata Panangian.

Selain itu, Panangian menuturkan, fenomena mal sepi pengunjung sebenarnya merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks, dan sulit untuk dibuktikan mana yang sudah terlebih dahulu ada.

“Seperti telor sama ayam. Memang itu biasa terjadi pada beberapa pusat perbelanjaan tertentu yang sudah lama beroperasi. Penyebabnya kompleks,” ujarnya.

Ia mengatakan, mal-mal tersebut mulai ditinggalkan oleh pengunjung karena kehadiran pesaing baru yang lebih memiliki daya tarik.

Tak hanya lokasi strategis yang jadi daya tarik, uajrnya, tapi pertimbangan lokasi yang rawan kemacetan juga cenderung menjadi pertimbangan pengunjung untuk datang ke pusat perbelanjaan. Seringkali pengunjung lebih memilih lokasi mal yang jauh dari kemacetan di sekitar lokasinya.

Di sisi lain, acara atau even di mal juga cukup berpengaruh dalam menarik minat pengunjung. Di mana mal-mal yang masih ramai pengunjung berlomba-lomba mengadakan event besar tersebut dengan semeriah mungkin, juga dengan penawaran-penawaran menarik berupa promo dan diskon.

“Ada pesaing mal yang baru muncul, ada kemacetan yang parah di lokasi, acara-acaranya kurang mampu menarik pengunjung, pedagang mulai banyak yang keluar, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

“Jadi, solusinya lebih pada sikap pemilik pusat perbelanjaanya. Bagaimana caranya membuat mal itu kembali ramai dikunjungi oleh konsumen,” tambah dia.

Sementara itu, Staff ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Yongky Susilo mengatakan, untuk menarik pengunjung, pengelola mal harus menawarkan konsep yang berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya.

Saat ini, menurut dia, masyarakat lebih senang bepergian untuk berbelanja sembari melakukan aktivitas sosial, karena itu ruang publik seperti outdoor area menjadi bagian penting yang tidak bisa terpisahkan.

“Orang Indonesia maunya kombinasi, shopping, eating, recreation, meeting,” kata Yongky.