Dua Hari Terakhir Gunung Anak Krakatau Erupsi, Pengunjung Dihimbau Hindari Radius 5 KM

509

images (18)

Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi secara berturut-turut dalam dua hari terakhir.

Terbaru, gunung berapi yang terletak di Selat Sunda ini erupsi pada Jumat (17/6/2022) pukul 00.42 WIB, dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 500 meter di atas puncak atau sekitar 657 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya.

Gunung Anak Krakatau erupsi dan terekam di seismograf dengan aplitudo maksimum 62 mm berdurasi 53 detik.

Atas peristiwa erupsi yang terjadi, baik masyarakat, pengunjung, wisatawan, maupun pendaki untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau atau beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah aktif.

Sebelumnya, pada Kamis (16/6/2022) juga mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu yang hampir sama dengan hari ini.

Kolom abu teramati berwarna putih, kelabu, hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah utara. Adapun erupsi Gunung Anak Krakatau terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 62 mm dan durasi 41 detik.

Saat ini, Gunung Anak Krakatau berstatus siaga (level III). Status tersebut naik dari waspada (level II) pada 24 April lalu berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental menunjukkan adanya kenaikan aktivitas yang semakin signifikan.

Sejarah erupsi Gunung Anak Krakatau

Dalam laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), kawasan Selat Sunda menjadi kawasan yang sering mengalami bencana akibat Gunung Krakatau.

Tercatat, letusan Gunung Krakatau paling fenomenal pernah terjadi tahun 1883.

Saat itu, Gunung Krakatau meletus dengan melontarkan remah vulkanik dengan volume 18 km kubik, tinggi asap 80 km, dan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 30 meter di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung.

Menurut pemberitaan resmi pemerintah Hindia-Belanda, dituliskan bahwa peristiwa Gunung Krakatau meletus ini menewaskan 36.417 orang.