Kurang lebih sepekan terakhir, hujan turun di sejumlah wilayah Pulau Jawa dengan intensitas beragam, mulai dari ringan hingga deras.
Hujan di bulan Juni kemudian membawa banyak pertanyaan, karena sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat memprediksi musim kemarau tahun ini di mulai pada April lalu.
Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari menyebut, hujan tidak hanya masih turun di Pulau Jawa, namun di banyak wilayah Indonesia barat dan tengah.
Setidaknya ada 2 hal yang mendasari hujan di bulan Juni ini.
“Data aliran udara lembab menunjukkan bahwa sumber uap air yang menjadi sumber kejadian hujan ini dari Samudera Hindia, dan diduga terkait dengan gejala IOD negatif yang saat ini berkembang di Indian Ocean,” kata Supari saat dihubungi , Senin (21/6/2021).
Alasan selanjutnya adalah adanya gangguan gelombang atmosfer yang terjadi secara bersamaan.
“Secara bersamaan, sedang terjadi gangguan gelombang atmosfer yaitu equatorial rossby wave yang juga berkontribusi meningkatkan potensi hujan di wilayah Indonesia,” ujar dia.
Ketika ditanya hingga kapan hujan ini akan terjadi, Supari menyebut semua tergantung dari masa berlangsung kedua alasan yang melatarbelakanginya.
“Untuk sebab aliran udara lembab, itu bisa bertahan lama fenomenanya sehingga dapat menyebabkan kondisi hujan di atas normal beberapa dasarian,” ucap Supari.
“Sedangkan untuk sebab gangguan gelombang atmosfer umumnya hanya berkisar satu mingguan,” lanjut dia.
Di akhir penjelasannya, Supari memperkirakan hujan semacam yang terjadi sekarang masih akan terus berlangsung hingga akhir bulan ini.
“Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka diperkirakan hingga akhir Juni masih terjadi hujan-hujan seperti itu,” pungkas dia.