Cerita Suka Duka Sopir Bus Asli Prima: Meski Rumah Dekat Enggan Pulang, Lagi Pendemi Tarikan Penumpang Sepi

1253

IMG-20210310-WA0003

Rumah seorang pengemudi bus,yang merupakan warga Dusun Pasir Angin, Desa Pager Batu, Pandegglang, Banten, ini tidak jauh dari Terminal Merak tempat dia memarkirkan busnya. Dengan membawa bus antarkota antarprovinsi (AKAP) menempuh Merak-Bekasi yang berjam-jam setiap hari. Dia lebih memilih tinggal di bus ketimbang pulang ke rumah.

Adalah Lingga 22 tahun, pemudi bus Prima, jarak antara rumah dan terminal keberangkatannya di Merak hanya membutuhkan sekitar satu jam perjalanan.

“Saya tinggalnya di cadikan kelurahan, dari kota serang ke Merak itu satu jam perjalanan,” cerita lingga di Terminal Bekasi, Jawa Barat,

Walau rumah berjarak tidak jauh dari terminal namun dia kerap tinggal di bus dan akan pulang ke rumah sekali atau dua kali setiap sebulan bekerja. “Enggak pulang saya, ke rumah. Tidur di bus, jadi kalau saya pulang itu 15 hari baru pulang. Nanti dua atau tiga hari di rumah, begitu,” cerita bapak satu orang anak itu.

Mengapa tidak pulang ke rumah setiap hari saja? Dia menjawab sudah kebiasaan sebagai pengemudi bus sejak belasan tahun lalu. Di Terminal Bekasi, Lingga beserta krunya harus menunggu beberapa jam lagi untuk diberangkatkan kembali pulang ke Merak. Busnya harus antre dengan sejumlah bus dengan tujuan yang sama pada jalurnya. “Tadi pagi berangkat jam delapan pagi dari sana(Merak), sampai sini jam satu atau jam 12… Nanti sore berangkat jam lima-anlah lagi,” katanya.

Dikatakannya juga, untuk pulang ke rumah atau libur kerja, Lingga pun kerap memilih waktu saat bus butuh perawatan saja. “Kita enggak ada sistem libur. Kalau mau libur, kalau mobil rusak, ganti oli, cek rem. Kalau kita capek, kita servis mobil baru kita bisa istirahat,” ungkapnya. Hal itu dilakukannya sudah semenjak bergabung di menjadi ‘pilot’ Hiba Utama Grup tersebut pada 16 tahun lalu. Apalagi di masa sulit lantaran adanya pandemi Covid-19 semakin membuat penumpang semakin sepi. Antrean keberangkatan yang sebelumnya 15 sekali kini bertambah waktunya menjadi 20 sampai 25 menit sekali dan dia juga kerap hanya mendapatkan beberapa penumpang saja. Saat ini, dia juga mengalami penurunan pendapatan karena jumlah penumpang semakin sepi. “Pendapatan kami itu, boleh dikatakan menurun 40 persen. Kalau dulu itu enggak ada kata mengeluh jalan terus semangat terus dulu,” celotehnya. Lingga juga menceritakan sebelum pandemi pendapatannya di luar operasional dan setoran dia mampu berpenghasilan Rp300 ribu sampai Rp350 ribu, “Sekarang seratus paling bagus itu satu hari,” sambungnya. Diungkapkannya juga pada hari Sabtu, Minggu merupakan waktu yang biasanya jumlah penumpang agak lebih meningkat dari pada hari lain. “Alhamdulillah kalau gini, lumayan kebagianlah Rp250- Rp300ribu.. kadang malam minggu tok,” katanya.

Tidak melulu ada pendapatan, kadang juga Lingga cuma kebagian capek saja setelah seharian bekerja, tanpa mendapatkan uang untuk disimpan dibawa pulang, Namun dia tetap bersyukur dan tetap berusaha terus. Mengenai tarif, bus Asli Prima jurusan Bekasi, Jawa Barat menuju Merak, Banten ini adalah Rp 52 ribu. (M.Akbar)