Puluhan tokoh masyarakat dan aktivis berkumpul untuk menjalin silaturahmi dan membahas berbagai persoalan yang tengah dihadapi Kota Cilegon. Pertemuan berlangsung di Link. Cibeber Bedeng, Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cibeber, Sabtu (29/2/2020) malam.
Dalam agenda pertemuan perdana yang bermula dari komunikasi intens di dalam Whatsapp Grup (WAG) Akur Sekabeh Cilegon (ASC) itu, diinisiasi oleh Edi Muhdi Zein dan Hj Evi Silvy Haiz, advocat yang peduli dengan keadaan Kota Cilegon, terutama menjelang kontestasi Pilkada 2020.
Tampak hadir dalam acara tersebut, unsur ketokohan seperti Haji Nawawi Sahim, Haji Jhoni hotel Gondang, Dwi Qorry, Ali Juhdi, Edi Muhdi, Haji Nazarudin, Hundusi, Husen Saidan, Hafidz, Subaedi, serta puluhan tokoh aktivis senior dari Ormas dan LSM lainnya.
“Ini adalah wadah silaturahmi masyarakat Cilegon, soal Pilkada kita tidak dukung kepada siapa-siapa. Jadi jangan berani di Medsos saja, dengan pertemuan ini kita tujukan kejantanan. Masing-masing silahkan mendukung calonnya tapi kita sebagai orang Cilegon harus tetap bersaudara,” ujar Edi Muhdi Zein inisiator pertemuan sekaligus Admin dan Penanggung Jawab WA Grup ASC.
Sebagai tuan rumah pertemuan silaturahmi ASC Grup perdana, Hj Evi Silvy Haiz menjelaskan, hasil pembahasan di dalam forum tersebut menghasilkan banyak saran masukan dari para tokoh diantaranya suara semangat perubahan untuk Kota Cilegon ke depan. Dan pertemuan akan berlanjut pada agenda silaturahmi dan diskusi berikutnya.
“Akan ada pertemuan silaturahmi terus menerus. Saya rasa permasalahan-permasalahan yang macet ini perlu ada sarananya. Maka nanti pertemuan selanjutnya akan ada ASC Club, suatu wadah yang akan kita urus legalitas badan hukum sosial, karena kepentingan kemasyarakatan,” jelasnya.
Dengan sarana ASC tersebut, pihaknya berharap bisa menjadi wadah untuk bisa menyerap, menampung keresahan masyarakat dan memberikan solusi terhadap adanya persoalan-persoalan yang ada di Kota Cilegon.
“Sebagai sarana permasalahan yang masyarakat belum terakomodir oleh pihak-pihak terkait. Contohnya ya dua walikota kita bermasalah hukum yang eksesnya orang kalau terkena masalah hukum pada kinerja. Pengangguran hingga kesejahteraan sosial, sedangkan masyarakat hanya bisa ngobrol warung kopi. Jadi dengan ASC ini, mudah-mudahan menjadi penggerak dan pendobrak denyut suara perubahan, dari masyarakat bisa sampai ke narasumber dan pihak terkait dan ada solusi,” bebernya.
Forum silaturahmi dan diskusi ini juga mendapat apresiasi dari dua bakal calon walikota Cilegon, yakni Haji Malim Hander Joni dan Haji Helldy Agustian yang juga ikut hadir dan berdiskusi dengan puluhan tokoh Cilegon yang hadir.
Dalam pertemuan yang berlangsung malam itu, secara bergantian para tokoh banyak mengkritisi berjalannya pembangunan dan kinerja pemerintah khususnya kepemimpinan Kota Cilegon selama ini.
Dari yang terbaru soal penetapan zona industri di Kecamatan Purwakarta di dalam Perda RTRW dan kebijakan Pemkot Cilegon soal pengangkatan pejabat BUMD PT PCM yang kontroversial, hingga masalah klasik sejak dua dekade silam seperti kasus korupsi dan ketidaktegasan Walikota Cilegon akan keberadaan hiburan malam.
“Dua dekade kepemimpinan belum memberikan kepuasan kepada masyarakat. Contohnya dua kali walikota kita bermasalah hukum, pengangguran kesejahteraan sosial dan lain-lain. Mudah-mudahan perubahan itu dengan pertemuan sarana ASC ini ke depan terakomodir, harus ada putusan, tindakan dan dampak nyata,” imbuh Evi Silvy Haiz, saat ditemui usai acara.
Kritik keras pada kinerja Pemkot Cilegon juga dilontarkan oleh Husen Saidan, aktivis yang ikut bersepakat dan konsisten mengusung ide perubahan di Kota Cilegon ini.
Husen mengapresiasi dengan adanya pertemuan para tokoh dari lintas partai, lintas Ormas, LSM dan ketokohan ini, bertujuan untuk mewujudkan perubahan di Cilegon.
“Ekspresi kita bagaimana membangun Kota Cilegon untuk melakukan perubahan. Saat ini jelas banyak kekurangan, kurang peduli pada pengangguran, kesehatan, pendidikan dan soal aturan-aturan Perda, salah satunya soal tempat hiburan itu masih diabaikan. Saya kira perlu evaluasi lagi, ke depan mudah-mudahan ada Walikota Cilegon yang lebih baik dari sekarang,” ujarnya.
Husen juga mengkritik keras pelaksanaan pembangunan oleh Pemkot Cilegon yang hasilnya tidak memuaskan.
“Silahkan tengok persoalan pembangunan, anggaran-anggaran yang sudah dikeluarkan dari APBD, contoh Situ Rawa Arum Rp 800 juta, sudah real belum pekerjaannya?” imbuhnya, membeberkan.
Saat disinggung soal arus semangat perubahan akan mendukung kepada sosok bakal calon walikota pro perubahan yang mana, Husen tidak spesifik menyebutkannya siapa. Namun ia menegaskan, dalam Pilkada nanti harus ada perubahan yang berarti adanya pergantian rezim kepemimpinan di Cilegon, dengan mengevaluasi sederet kasus korupsi yang menimpa pemimpin di Cilegon.
“Siapapun, kalau saya sebagai masyarakat malu punya walikota sampai ‘ting bating’ dua kali dipenjara masuk kerangkeng. Inikan beban moril bagi masyarakat Cilegon. Maka (siapa pun calonnya), keinginan kami kalau bisa bukan dari keturunan koruptor. Karena bibit bobot itu membawa darah emosional nantinya, ke depan bisa jadi seperti itu. Harus pilih bibit bobotnya jelas bukan maling, itu saja,” tegas Husen.
Diketahui, saat ini kandidat bakal calon Walikota Petahana yakni Ratu Ati Marliati, adalah keluarga dari dua pemimpin Kota Cilegon sebelumnya yang terjerat kasus korupsi.
Ratu Ati adalah anak dari Tb Aat Syafaat dan kakak dari Tb Iman Ariyadi, dua walikota Cilegon yang divonis korupsi oleh hakim. Tb Aat merupakan walikota Cilegon pertama periode 2000-2010, sedangkan Tb Iman Ariyadi walikota Cilegon kedua di periode 2010-2016.
Meski dalam pertemuan tersebut belum merumuskan akan mendukung kandidat mana, puluhan tokoh yang hadir semuanya bersepakat untuk menyuarakan semangat perubahan di Kota Cilegon. Salah satunya menolak Ratu Ati dari klan dinasti korupsi mantan Walikota Cilegon untuk memimpin kembali Kota Cilegon. (***)