Habib Idrus alHabsyi Angkat Bicara Terkait Dugaan Intimidasi Terhadap Jurnalis

1446

habib_ali_haddad_al_habsyi_20_september_2014

JAKARTA – Ketua panitia Malam Munajat 212, Habib Idrus alHabsyi, angkat bicara terkait dugaan intimidasi dan kekerasan terhadap jurnalis. Idrus mengaku, tidak mendapat laporan dari bawahannya terkait insiden itu. Menurutnya dengan tidak ada laporan, maka insiden dugaan intimidasi terhadap wartawan bukan bagian yang penting dari jalannya acara Malam Munajat 212.

“Bahwa selama acara munajat 212 tidak ada laporan dari personil panitia kepada saya selaku Ketua Panitia tentang adanya peristiwa yang digembar gemborkan. Artinya peristiwa yang digembar gemborkan tersebut bukan peristiwa yang menempati squel penting dari keseluruhan rangkaian acara dan bukan bagian dari format atau SOP acara Munajat 212,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima poskotanews.com melalui petinggi FPI, Munarman, Sabtu (23/2/2019).

munajat-212-ikbal

Dia menambahkan, dugaan intimidasi yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) bersifat  insidental. Laskar Pembela Islam (LPI) sebagai pengamanan yang ditunjuk panitianya, katanya, tidak memiliki standar operasional prosedur (SOP)  bersikap tegas atau kasar terhadap jurnalis.

Lebih lanjut, Idrus mengatakan panitia telah melakukan investigasi usai ramai pemberitaan.  Dia menuturkan ada unsur ketidaksengajaan dari massa kepada wartawan, akibat kericuhan karena tertangkapnya seorang pencopet saat acara berlangsung.

“Peristiwa tersebut adalah bermula dari adanya seorang pencopet yang mencoba melakukan aksinya terhadap peserta munajat 212. Oleh karenanya tim pengamanan yang terdiri dari Laskar Pembela Islam, bertindak untuk mengamankan si pencopet dan si pencopet membuat kegaduhan sebagai pengalih perhatian massa. Sehingga dengan adanya kegaduhan tersebut sebagian massa akhirnya menjadi beralih fokus terhadap titik peristiwa termasuk rekan jurnalis,” tuturnya

“Ditengah keramaian massa inilah sebagian jurnalis mungkin saja bersinggungan dengan keributan massa yang hadir di titik terjadinya peristiwa. Di tengah emosi massa terhadap si pencopet maka tentu saja suasana massa dalam keadaan emosional yang sangat mungkin siapapun akan secara tidak disengaja mengalami benturan dan bentakan dari sebagian massa yang emosi,” tandasnya.

Idrus mengaku menyayangkan adanya peristiwa itu, karena suasana doa yang harusnya khusuk menjadi terganggu.

Panitia menuding, adanya upaya yang sengaja membesar-besarkan insiden itu. Dia menganggap isu dugaan intimidasi dan kekerasan kepada wartawan hanya sebagai pengalihan isu.

“Kami selaku panitia melihat, adanya upaya membesar besarkan masalah dan mengalihkan issue, yaitu dari keberhasilan acara munajat 212 yang khusyuk dan syahdu, menjadi persolaan kekerasan dan dijadikan spin issue untuk memframing kegiatan munajat dan FPI sebagai suatu peristiwa yang negatif,” ujarnya.

“Kami selaku panitia melihat bahwa adanya upaya yang sistematis untuk melakukan labeling dan framing oleh gerakan anti Islam yang ditujukan untuk mengalihkan dan membelokkan kegiatan do’a dan munajat sebagai peristiwa yang terkait erat dengan kekerasan. Labeling dan framing yang dilakukan terhadap kegiatan Do’a dan Munajat adalah merupakan kejahatan terhadap akal sehat dan intelektualisme,” kata Idrus.

Dia meminta proses hukum sebagai akibat dugaan intimidasi dan kekerasan dilakukan secara adil.

“Kami selaku panitia menyerukan kepada umat Islam dan rakyat Indonesia untuk tidak termakan dengan pengalihan isu, dan penonjolan squel kecil peristiwa pencopetan dalam acara do’a dan munajat pada Kamis  (212) yang lalu. Urusan proses hukum pidana yang akan dijadikan pintu masuk menggoreng isu tersebut harus dijalankan sebagai proses hukum yang adil dan bukan upaya untuk menzalimi panitia atau personel panitia,” pungkas Idrus.

Sebelumnya sejumlah wartawan mendapatkan intimidasi dari massa beratribut FPI saat meliput kegiatan Malam Munajat 212. Mereka keberatan media meliput saat seorang copet tertangkap.

Sikap berlebihan itu ditunjukkan dengan melakukan kekerasan fisik dan memaksa beberapa wartawan menghapus rekaman video kejadian tersebut.  (ikbal/mb)