Ada yang berbeda pada perayaan menyambut tahun 2019 bagi warga di pesisir pantai Anyer dan Carita. Harus rela melewati malam pergantian tahun di tenda pengungsian, gelap, kedinginan di tengah guyuran hujan yang tak henti-henti jatuh dari langit di daerah Carita, Pandeglang, Banten.
Biasanya, warga yang tinggal di pesisir pantai merayakan malam pergantian tahun di bibir pantai sembari mendengar suara alunan terompet dan pemandangan indah kembang api yang menghiasi pantai.
Kini mereka harus menerima kenyataan pasca bencana tsunami yang menerjang perairan di selat sunda. Meni (45) misalnya, warga Pasanggrahan, Carita Kabupaten Pandeglang melewati malam tahun baru di tenda pengungsian di bukit Tahura, Carita. Tak ada api unggun, senyuman dan harapan baik di tahun 2019 serta menikmati keindahan kembang api yang menghiasi langit Carita.
“Tahun baru yah biasanya kita jam 12 ke pantai ngeliat api unggun, kembang api, apa ajalah di pantai. Tahun sekarang mau ke pantai masih ada ketakutan kejadian yang ini kita kan masih trauma,” keluh meni saat ditemui di tenda pengungsian Tahura Carita menjelang malam pergantian tahun.
Harapan mendapatkan keuntungan dari hasil berjualan makanan ringan saat malam pergantian tahun di pantai pun pupus usai bencana tsunami menyapu pesisir pantai carita dan anyer yang menelan ratusan korban jiwa. Kan kalau hari-hari ramai ke pantai jualan apa ajalah kaya air pop mie. Sekarang sudah tidak bisa diharepin,” tuturnya.
Meski demikian Meni beserta warga pengungsi lain tak putus semangat, masih ada asa dalam angan mereka bahwa akan ada hikmah yang baik dibalik semua musibah yang tengah dihadapi.
“Moga-moga bencana ini cepet selesai, tidak terjadi lagi di pantai Carita. Moga-moga tamu-tamu mau datang lagi jangan sampai larut-larut kaya gini kasian kita dagangnya kan di pantai,” harapnya. [bal]