Cilegon, (Bidik Banten)- Di usinya yang ke 18 tahun kota Cilegon masih saja ada sejumlah warga Cilegon yang tidak dapat menikmati semaraknya kota yang sedang dimeriahkan oleh masyarakatnya, mereka hidup dalam  keterbatasan sehingga tak sempat mengingat dan memperingati kota kelahirannya sedang berulang tahun.
Seperti dialami oleh Saiful dan Ella, dua bocah kecil berusia sepuluh tahunan ini terlahir sebagai warga di lingkungan  Terate Udik, Kelurahan Masigit kecamatan Jombang kota Cilegon.
Anak di bawah umur ini harus menanggung beban hidup yang berat karena selain harus mengais rezeki setiap harinya dengan cara memungut barang bekas, juga dalam kehidupannya dua bocah malang ini harus rela menanggung ketiga saudaranya yang ditinggal oleh ayahnya dan kini Saiful dan adiknya Ella harus berjuang mempertahankan kelangsungan hidup disaat teman sebayanya dapat menikmati masa kanak-kanaknya dengan indah dan penuh kasih sayang kedua orang tuanya.
Saiful dan adiknya Ella terlihat setelah selesai acara kemeriahan pawai  HUT Kota Cilegon dengan kegiatan Cilegon Etnic Carnival (CEC) yang di selenggarakan di halaman Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon, dua anak berumur 10 tahun ini terlihat asik dengan kesibukannya memungut botol minuman bekas pengunjung.
Saat ditanya soal kehidupannya, Saiful yang masih bersekolah kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-A’la ini menuturkan dia dan adiknya sengaja datang dikeramaian ini untuk mengumpulkan botol bekas minuman pengunjung yang dikumpulan dalam karung yang dibawanya untuk dijual ketempat penampungan barang bekas dan mereka melakukan itu untuk menghidupi diri dan keluarganya lantaran ditinggal oleh ayah mereka.
Kehadiran dua bocah  kusam yang memanggul karung besar berisi botol bekas ini sontak mendapatkan perhatian dari sejumlah pengunjung, bahkan tak sedikit diantara pengunjung merasa iba dan memberikan sejumlah uang dan makanan kepada saifu dan adiknya.
Dengan nada lirih Saiful mengungkapkan dirinya memungut botol minuman bekas pengunjung pameran ini hasilnya untuk membantu ibunya.
“Ibu saya juga kerjanya sama mungutin barang bekas. Setiap hari mulai habis ashar saya mungutin barang bekas terus di kumpulkan dan di jual oleh ibu saya kepenampung barang bekas” ungkapnya.
Kerasnya kehidupan kota tak membuat semangat Ipul dan adiknya ini menjadi anak yang cengeng, terbukti dirinya tak mengenal rasa malu dan takut terus memungut botol bekas yang dimasukkan kedalam karung yang dipanggulnya.
Ditengah semaraknya acara pawai hari jadi kota Cilegon ke 18, ipul dan Ella, dua bocah kurang beruntung ini tak menghiraukan hiruk pikuknya semarak kemeriahan pawai, terus saja memungut botol bekas pengunjung. (KD)