PANDEGLANG, (BidikBanten) – sulitnya lapangan pekerjaan di Kabupaten Pandeglang, membuat warga Pandeglang telah memutuskan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Negara Asia yang jumlahnya pada tahun 2016 ini mencapai 446 warga. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 355 warga merupakan kaum perempuan dengan mayoritas pekerjaan sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT).
Kepala Seksi Penempatan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Pandeglang, Ayu Ela Badriah mengatakan, ratusan warga pandeglang yang menjadi TKI itu sebagian besar berasal dari 3 kecamatan yakni, Kecamatan Sobang, Panimbang, dan Cikeusik. “Kebanyakan masyarakat yang berangkat jadi TKI itu ke daerah Asia Pasifik. Sebagian besar mereka berasal dari Pandeglang Selatan,” kata Ayu, Senin (12/12/2016).
Menurutnya, masyarakat Pandeglang menjadi TKI masih tinggi dengan alasan penghasilan sebagai tenaga kerja di negeri orang itu lebih besar. Alasan lainnya kata dia, karena banyak dari keluarga mereka yang sudah lebih dulu menjadi TKI dan dinilai berhasil sehingga memunculkan hasyrat untuk mengikutinya. “Minat sih masih tinggi. Karena di Pandeglang juga kan minim lapangan kerja. Kemudian kadang-kadang ada faktor gengsi sedikit, biar terkesan jika kerja di luar negeri itu luar biasa,” ujarnya.
Ia menjelaskan, ketertarikan menjadi TKI saat ini tidak sebesar pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya moratorium oleh pemerintah pusat untuk mengirimkan TKI ke wilayah Timur Tengah sejak tahun 2015 lalu. “Sejak ada moratorium akibat maraknya kasus kekerasan yang dialami TKI disejumlah negara Arab, jumlah TKI dari Pandeglang memang berkurang. Padahal selama ini, tujuan ke Timur Tengah itu sering jadi primadona,” jelasnya.
Ia menambahkan, rata-rata durasi kerja TKI berlaku selama 2 tahun. Jika tidak diperpanjang oleh majikan, maka TKI bersangkutan akan dipulangkan lagi. Disini lah, Dinsosnakertrans kembali mengambil peran melalui Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja (PPTK). “Melalui program tersebut, para purna TKI dibina dan diberdayakan untuk mandiri sekaligus tidak kembali menjadi TKI. Sejauh ini kami telah melatih 40 purna TKI,” tuturnya. (Agus/BBC)