CILEGON, (BidikBanten) – Kota Cilegon yang merupakan salah satu basis santri terbesar di Provinsi Banten, namun pada kenyataannya kota yang dijuluki Kota Santri tersebut saat ini belum dapat menekan angka kemaksiatan. Terbukti masih maraknya bisnis “esek-esek” yang hingga kini masih sulit ditindak.
Maraknya bisnis tersebut, ditandai dengan banyaknya bedeng-bedeng kontrakan yang diduga digunakan untuk praktek asusila di sekitar Kelurahan Bendungan, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon. Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, hampir setiap malam, berbagai kendaraan roda empat, dari luar Kota Cilegon, berdatangan guna memakai jasa Pekerja Seks Komersi (PSK) di kawasan tersebut.
“Hampir tiap malam, mobil-mobil mewah dari luar kota, datang, terus pergi lagi. Kalau saya lihat, hanya transit untuk jemput saja” ujar Sumber kepada BidikBanten, Minggu (16/10/2016).
Sumber menambahkan, pihak RT dan RW sudah beberapa kali memberikan teguran, namun tidak digubris, dan sampai saat ini, kegiatan maksiat di lingkungan tersebut masih terus berjalan. Diduga, praktek prostitusi di lingkungan wilayah Kelurahan Bendungan tersebut, dibekingi oleh sejumlah pihak yang memiliki wewenang.
“Sudah sempat ditegur, karena meresahkan, tapi masih berjalan sampai sekarang. Mungkin yang bekinginnya kuat, jadi masih jalan” tambahnya.
Hal senada disampaikan Edi, salah seorang warga di Lingkungan Palas, Kelurahan Bendungan, Kecamatan Cilegon mengaku, kegiatan antar-jemput penghuni bedeng sudah lama terjadi tanpa adanya tindakan dari aparat setempat. Sementara, bagi tamu yang datang di suatu daerah, wajib memberikan keterangan, namun hingga saat ini, penghuni maupun tamu di bedeng tersebut, datang tanpa memberikan keterangan apapun kepada pihak keamanan atau warga sekitar, terlebih kepada RT/RW di wilayah tersebut.
“Kalau secara etika, harusnya penghuni atau tamu yang ada di bedeng itu, lapor atau ada basa-basinya lah dengan warga atau bagian keamanan sekitar, tapi sampai saat ini saya belum pernah dengar ada yang melaporkan kegiatan yang ada disitu (bedeng, red). Kalau antar-jemput perempuan-perempuan yang ada disitu, sudah berjalan sejak bulan Juli lalu, jadi kegiatan ini sudah lama, tapi kok ngga ada tindakan dari aparatur setempat” tegas Edi. (Mg01)