Sambut Hari Kartini, Evi Shofawi Hayz SH: Wanita Harus Bangkit Dari Penindasan

1765

bu evi

Makna hari Kartini yang diperingati tanggal 21 April setiap tahunnya sangatlah besar, banyak pesan yang disampaikan lewat perjuangan yang telah dibangun oleh seorang Kartini muda semasa hidupnya.

Bagi wanita masa kini, peran adanya peringatan hari tersebut merupakan sebuah kebanggaan tersendiri karena Kartini menjadi pelopor untuk sebuah kemajuan wanita terutama di Indonesia.

Dengan hal itu makna hari Kartini bukan hanya menjadi upacara perayaan semata, menurut Evy Sofwawi Hayz. SH, Kartini merupakan sosok perempuan Indonesia yang berusaha untuk bisa meningkatkan derajat perempuan agar bisa lebih baik dari segi pendidikan, dampak dari perjuangannya tersebut hingga kini masih terasa.

Bagi Evi shofwawi, Wanita berprofesi sebagai Advokat kelahiran Jombang kota Cilegon ini memandang, bentuk-bentuk diskriminasi dan kekerasaan serta rendahnya partisipasi pendidikan perempuan dalam mengecap pendidikan khususnya dari perempuan pedesaan, menunjukkan masih eksisnya diskriminasi terhadap perempuan di Indonesia untuk memberi ruang dalam mengakses pendidikan.

“Jika zaman kartini dulu jelas apa yang harus di perjuangkan, lalu saat ini apa yang harus diperjuangkan, tak jelas makin kabur dan rasanya kebebasan perempuan saat ini makin menindas secara halus, Tidak lagi menindas fisik namun juga pemikiran, atribut, kecantikan dalam belenggu modal dan kapital! Perempuan kini beralih menjadi komoditas.. tanpa disadari perempuan menajdi pasar utama dalam mengembangkan kapitalisme, dengan bajunya, celananya, kulitnya, rambbutnya, semua hal yang ada pada diri perempuan menjadi sesuatu yang menghasilkan keuntungan dan itu menindas”terang Evi yang aktif berperan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan ini.

Selain itu, lanjut Evi,  di sekolah dan perguruan tinggi dalam kehidupan berorganisasi yang semestinya menjadi hak setiap pelajar dan mahasiswa, perempuan masih enggan untuk terlibat aktif belajar dan berjuang di dalamnya.

Tentu hal itu akibat budaya yang menganggap bahwa perempuan harus dipimpin oleh kaum laki-laki. Sehingga kaum perempuan terjebak dalam budaya  lama yang menindas perempuan Indonesia.

“Seorang perempuan memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Itulah juga yang merupakan inti dari perjuangan Kartini dalam membebaskan kaum perempuan dari kebodohan. Kini hal tersebut tampak nyata dari banyaknya perempuan yang telah mengenyam pendidikan yang tinggi dan akhirnya memiliki profesi yang sangat baik di bidangnya. Hal ini bahkan menjadi sebuah kebanggaan bagi Indonesia karena memiliki perempuan hebat yang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional”ujar Evi yang dikenal sebagai Advokat dan penggiat sosial di kota Cilegon ini memaparkan.

Evi menambahkan, Kesetaraan pendidikan juga berlaku mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. “Bahkan tak jarang seorang perempuan memiliki kegigihan yang lebih tinggi dibandingkan dengan para pria, sehingga banyak dari mereka yang memiliki prestasi terbaik di bidang akademik apalgi di kota Cilegon ini sudah banyak wanita yang berpendidika tinggi tinggal bagaimana mereka menempatkan diri dan berkreasi demi kemajuan kota ini oleh karena itu jangan remehkan peran perempuan dalam kemajuan Indonesia”imbuhnya.

hut clg evihari kartini evi

(Dik)