Dua perusahaan elektronik raksasa asal Jepang, Panasonic dan Toshiba menutup tiga pabriknya di Indonesia dalam kurun waktu Januari-Maret 2016. Lebih dari 2.500 karyawan dipastikan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Pemerintah kompak bungkam dengan adanya gelombang PHK besar-besaran yang terjadi di industri manufaktur tersebut. Gelombang PHK di industri manufaktur ini mengusul gelombang PHK yang terjadi di industri minyak dan gas (migas). Pemerintah secara tegas mengaku bahwa sampai saat ini belum mengetahui berita penutupan pabrik Panasonic dan Toshiba.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution saat ditemui dikantornya belum bersedia membeberkan data PHK yang menimpa beberapa industri tersebut. “Saya belum tahu datanya, nanti saya tanya dulu,” ujarnya di Jakarta, Selasa (2/2/2016).
Dikonfirmasi di tempat yang sama, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri pun enggan mengomentarinya. “Nanti dulu, satu-satu,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengaku belum memperoleh informasi mengenai penutupan pabrik Panasonic dan Toshiba. “Saya belum dapat info itu,” tegasnya.
Ia pun menegaskan belum ada perusahaan yang bakal hengkang dari Indonesia. Pemerintah, sambungnya akan terus berupaya memperbaiki iklim investasi dengan berbagai kebijakan yang memudahkan investor menanamkan modalnya di Tanah Air.
“Belum ada. Pokoknya kita terus mengundang investor, memperbaiki iklim usaha, merevisi Daftar Negatif Investasi, izin 3 jam, PTSP, insentif tax allowance dan tax holiday,” jelas Franky.
Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja (KSPI), Said Iqbal mengungkapkan, Toshiba telah menutup pabrik televisi di Kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat. Padahal satu pabrik ini yang tersisa dari enam perusahaan Toshiba lain yang sudah tutup sebelumnya dalam 10 tahun terakhir.
“Yang tutup ini adalah pabrik televisi Toshiba terbesar di Indonesia, selain di Jepang. Karyawan yang di PHK lebih dari 900 orang,” tegasnya saat Konferensi Pers di Jakarta, Selasa (2/1/2016).
Said mengatakan, penutupan pabrik bakal dieksekusi pada April 2016. Saat ini, sedang terjadi proses negosiasi pesangon antara manajemen perusahaan dengan serikat pekerja pabrik tersebut.
Perusahaan lainnya, kata Said yang ikut terhantam pemburukan ekonomi adalah Panasonic lighting. Sebanyak dua pabriknya resmi ditutup, seperti Panasonic Lighting Indonesia (PLI) di Pasuruan, Jawa Timur di awal Januari ini dan satu pabrik lainnya di Kawasan Industri Bekasi pada Februari 2016.
“Pabrik di Pasuruan mempekerjakan lebih dari 600 orang dan sudah di PHK. Sedangkan pabrik yang di Bekasi PHK hampir 1.000 lebih karyawan,” ucap Said.
Dengan demikian, Said menyebut, total karyawan atau buruh yang terkena PHK lebih dari 2.500 orang. “Ini jadi sinyal negatif bagi investasi di Indonesia,” paparnya.
(Fik/Ndw)