Sejumlah makanan diketahui menggunakan bahan berbahaya seperti pestisida. Bahkan dari hasil uji labolatorium sempat ditemukan adanya sayuran atau buah-buahan yang mengandung bahan timbal.
Hal itu dikemukakan Kasubid Analis dan Pengadaan Pangan BPMKP, Sutardi yang ditemui usai sosialisasi makanan berbahaya kepada sejumlah kader Posyandu, Selasa (6/10/15).
Dia mengatakan, beberapa waktu lalu sempat melakukan uji lab terhadap sejumlah sayuran dan buah-buahan yang ada di Cilegon. Dari hasil uji lab itu, diketahui adanya sayuran yang mengandung timbal. “Jumlahnya relatif tidak besar. Namun harus diwaspadai dan diantisipasi dampak yang akan ditimbulkan,” katanya.
Dia mengatakan, sayuran dan buah-buahan yang diambil sampelnya ini berasal dari pedagang yang ada di Cilegon. Namun timbal yang dihasilkan diduga berasal dari penggunaan air atau lainnya. Sebab, kata dia, bisa jadi air yang digunakan untuk menyirami sayuran tersebut mengandung bahan berbahaya. “Kami tidak meneliti sejauh itu. Kami hanya menduga timbal yang ada pada sayuran ini berasal dari sayuran,” katanya.
Dia mengatakan, ada beberapa jenis sayuran yang dianggap bisa dikonsumsi. Ini bisa dilihat dari sayuran yang berlubang karena dimakan oleh ulat. Dia mengatakan, dari lima sampel yang diambil, ada satu jenis yang ternyata mengandung timbal. Lalu, adapula jenis sayuran yang mengandung pestisida. “Penggunaan pestisida ada batas ambangnya. Kami juga berharap tidak ada penggunaan pestisida secara berlebihan karena akan membahayakan,” katanya.
Untuk itu, ungkap Sutardi, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan bahayanya penggunaan pestisida. Dengan sosialisasi, diharapkan masyarakat akan semakin waspada.
Bahkan, ungkap dia, pihaknya juga mencoba melakukan pengujian terhadap bahaya pewarna kepada masyarakat. “Dengan melihat langsung, kami berharap mereka mengetahui bahaya penggunaan pewarna dan lainnya,” katanya.
Kabid Ketahanan Pangan, Hayati Nufus mengatakan, lewat sosialisasi diharapkan kader posyandu bisa mengetahui jenis makanan yang boleh dan tidak dikonsumsi.
“Khusus jajanan di sekolah, banyak siswa bahkan orang tua siswa yang tidak tahu bahayanya jajanan makanan sembarangan,” katanya.
Menurutnya, orangtua siswa harus memperhatikan keamanan pangan yang ada di sekolah. Rencananya, sosialisasi juga akan dilakukan dengan melibatkan beberapa kader posyandu yang ada di Kecamatan.
Reportase: A Fernando