Kamis, 30 April 2015
Bidikbanten.com, Serang-Banten tidak luput dari isu politik. Pasalnya, pasca penangkapan mantan orang nomor satu di Banten, masyarakat perlu selektif dalam memimpin Banten. Pun dengan mahasiswa yang disebut sebagai “agen perubahan”, kepekaan sangat dibutuhkan dalam mengawasi perpolitikan di Banten. Banyak cara yang dilakukan mahasiswa dalam menyalurkan kekecewaan dan keprihatinan serta dalam menyampaikan pandangan politik di Banten. Salah satunya ialah dengan berteater.
Seperti yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam “Begadang Teater” pada Rabu (29/4/2015), yang menampilkan pementasan dengan judul BABI. Naskah yang diadaptasi dari cerpen Putu Wijaya oleh M. Saduri (23) ini, disutradarai oleh Imaf Maftuhi (23).
Pementasan ini secara keseluruhan merupakan kritik atas perpolitikan di Banten. Pementasan yang diselenggarakan di gedung Auditorium Untirta ini juga mengangkat persoalan pertentangan ideologi “kiri dan kanan”.
“Kami memilih naskah cerpen Putu Wijaya untuk dipentaskan, karena kami melihat konteks yang sedang terjadi di Banten, terutama mengenai situasi perpolitikan di Banten.” Demikianlah Imaf sebagai sutradara menyampaikan pandangannya. Namun, secara keseluruhan isi pementasan sutradara menyerahkan sepenuhnya kepada penonto yang mengapresiasi.
Selain itu, Dimas (23) aktor yang berperan sebagai dokter bedah ini menilai bahwa teater merupakan media penyampai pesan yang cukup menarik, apalagi melihat kondisi politik yang “carutmarut’ di Banten. Ia melihat sejumlah aksi mahasiswa yang turun ke jalan, sering kali tidak mendapat tanggapan dari pemerintah terkait. Namun, mahasiswa yang akrab di sapa Ngono ini juga masih akan tetap menyuarakan pandangannya dan turun ke jalan.Â
Dengan hadirnya pementasan ini Imaf dan kawan-kawan berharap teater bisa menjadi suatu kebahagiaan bagi orang lain, dan sekali lagi dapat memberikan pengaruh bagi kesadaran politik, khususnya di Banten.
Reportase: Firda
Editor: RQ
Comments are closed.