Kota Cilegon selain disebut Kota industri juga banyak menyimpan karakteristik kebudayaan yang tidak di miliki daerah lain, tercatat sebanyak 37 ragam mulai dari tradisi, kesenian dan kebudayaan pernah tumbuh dan berkemabang. Tapi kekinian, banyak generasi muda tidak memahami bahasa daerah asli orang Cilegon.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar), Heni Anita Sisila. “Dari banyaknya seni dan budaya tetapi banyak anak-anak muda Cilegon tidak memahami bahasa daerah asli, malahan mereka malu menggunakannya dan lebih condong memakai bahasa gaul, hal ini menjadi tantangan kami agar bahasa daerah asli cilegon tidak hilang.” Ujar Heni kepada bidikbanten.com saat ditemui di kantornya, Kamis (19/6).
Untuk mengatasi permasalah tersebut, Heni menjelaskan bahwa pihaknya sudah membuat sebuah rekomendasi yang ditunjukan kepada Walikota agar bahasa asli Cilegon dijadikan muatan lokal (Mulok) sebagai pelajaran di sekolah-sekolah guna menjaga ciri khas bahasa asli daerah.
”Rekomendasi kita sudah buat 3 tahun yang lalu, tetapi dari Dinas Pendidikan belum juga merealisasikan program tersebut hingga sekarang. kemungkinan karena Dinas terkait masih banyak kesibukan yang lain.” Tandasnya.
Selain itu, lanjut Heni, seperti dahulu mulok bahasa sunda di berikan dalam pendidikan dasar karena pada waktu itu Banten masih satu Provinsi dengan Jawa Barat. sekarang Banten sudah menjadi Provinsi dan Cilegon sudah menjadi kota yang mandiri,
“Untuk itu kita akan dorong kepada walikota untuk bisa menerapkan bahasa asli cilegon sebagai muatan local.” ucapnya Kini Disbudpar sudah membuat kamus asli orang Cilegon yang terdiri dari dua bahasa seperti bahasa bebasan dan bahasa biasa, dan dalam waktu dekat pihaknya akan menggandakan kamus tersebut untuk dipelajari oleh para peserta didik di tiap-tiap sekolah.
”Karena ini merupakan bagian dari tugas kami untuk melestarikan kebudayaan yang ada di kota cilegon, dan harapan kami anak-anak muda Kota Cilegon lebih fasih akan bahasa sendiri.”pungkasnya (Arif)