Dua pasangan capres-cawapres sudah melewati agenda debat pertama, awal pekan ini. Wakil Ketua Bidang Strategi Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Hatta, M Romahurmuziy melihat tidak ada kegagalan dalam mengangkat elektabilitas dari debat di Balai Sarbini, Jakarta, kemarin.
“Saya melihat kurang optimal. Debat semalam itu memperlihatkan kelas. Pak Prabowo itu kelas seorang presiden dan Pak Jokowi kelas seorang gubernur,” kata Romahurmuziy di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Selasa (10/6).
Debat pertama itu mengangkat tema mengenai pembangunan demokrasi, pemerintahan yang bersih, dan kepastian hukum. Romy mengatakan, Prabowo memberikan jawaban normatif dan konsepsional.
Sementara capres nomor urut 2 Joko Widodo (Jokowi), menurut dia, memberikan jawaban ilustratif dan teknis. Ia berpendapat presiden bukanlah seorang yang berpikir secara ilustratif dan teknis.
“Seorang presiden adalah seorang yang berpikir secara konsepsional dan itu tampak dalam potret diametral semalam,” kata dia.
Prabowo juga, menurut Romy, memberikan jawaban yang tidak ke luar dari konteks pertanyaan moderator. Berbeda dengan apa yang disampaikan Jokowi.
“Jokowi seringkali men-downgrade dari moderator melalui ilustrasi-ilustrasi teknis dan bukan itu sebenarnya yang dibutuhkan. Meskipun tidak salah dia menjawab demikian,” ujar Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.
Ada kritikan yang menilai Prabowo-Hatta Rajasa terlalu konseptual dan tidak banyak memaparkan teknis. Mengenai pandangan itu, Romy mengatakan, sangat tergantung pada segmentasi pemilih.
Ia mengatakan, pemilih yang edukatif dan ada di perkotaan akan lebih memahami pemaparan Prabowo. Namun untuk yang berpendidikan rendah, menurut dia, akan lebih mengena versi Jokowi.
“Tapi, mengena bukan berarti sebatas bagaimana kualifikasi seorang presiden dan bagaimana kualifikasi yang dibutuhkan seorang dengan kebutuhan kemungkinan seorang gubernur atau wali kota,” kata dia.
Romy menilai Prabowo dalam agenda debat itu sudah menunjukkan potret tipikal seorang pemimpin. Ia mengatakan, pemimpin itu memberikan gambaran tentang harapan masa depan. Sementara mengenai Jokowi, ia menilai, lebih banyak berkutat dengan persoalan sehari-hari.